Blogger Jateng

Banjaran Antareja




Pinangan Prabu Nagabaginda dari Negara Jangkarbumi, atas Dewi Superti ditolak oleh para dewa. Dengan mengerahkan seluruh prajurit naga, Prabu Nagabaginda menyerang Kahyangan Suralaya. Tidak ada yang mampu menandingi kekuatan Prabu Nagabaginda, kecuali Sang Hyang Hanantaboga. Perang tanding yang imbang tidak dapat terelakkan. Namun angkara harus ditaklukkan. Jabang bayi suci, putra Dewi Nagagini terpilih sebagai jago para dewa, sehingga gugurlah Prabu Nagabaginda. Raden Hanantaraja, kekuasaan tanpa batas, demikian anugerah nama yang diberikan oleh Dewata Agung atas jasa Si Jabang Bayi.

Untuk mendapatkan pengakuan dari Sang Ayah, Raden Werkudara, syarat yang berat harus dipenuhi oleh Raden Antareja, merebut Prabu Puntadewa yang diculik seseorang. Dengan dibantu Raden Irawan, Prabu Puntadewa ditemukan di Negara Jangkarbumi. Direbut dengan perang tanding melawan Raden Rupatala, adik Prabu Nagabaginda. Jangkarbumi takluk dan menjadi kasatriyan Raden Antareja.

Kecantikan Dewi Ganggiwati, putri Prabu Ganggapranawa dari Negara Tawingnarmada, memikat hati banyak raja. Namun untuk mempersuntingnya harus dapat mengalahkan Wahmuka Arimuka, raksasa kembar penjaga tamansari. Dengan sebentuk pusaka sederhana dari Sang Hyang Hanantaboga, Raden Antareja dapat mengalahkan Wahmuka Arimuka. Dewi Ganggiwati dipersunting, sehingga lahirlah Raden Puspadenta dan Raden Jaya Pertala.


Tawur, sebuah upacara agung dengan pengurbanan manusia yang mengiklaskan kematiannya, digelar oleh para Pandawa, sebelum memulai tugas suci Perang Baratayuda. Resi Ijrapa dan Bambang Rawan mengiklaskan diri sebagai sesaji Tawur, sebagai bentuk balas budi, demi kemenangan para Pandawa. Merasa sebagai keturunan langsung Pandawa, dengan kebulatan tekad Raden Antareja merasa lebih wajib untuk mengiklaskan diri sebagai sesaji Tawur dengan segala keutamaannya. Dengan menyembur jejak kakinya sendiri, Raden Antareja gugur, demi kemenangan Pandawa dalam Baratayuda.



Sumber : Paguyuban Dalang Muda Yogyakarta "Sukrakasih"